Langsung ke konten utama

Alasan Apa Lagi, Ji ?


Yogyakarta, 23 Februari 2019

Siapapun yang melihat judul diatas, itu adalah satu kalimat yang terbesit dikepalaku saat menulis
lagi di blog yang sempat tidak “bereproduksi” sejak dari Desember 2019 sampai akhirnya di malam menjelang peralihan bulan Juni ke Juli 2020. Harus kuakui perjalanannya tertatih ketika ia muncul dalam peredaran dunia maya sejak pertengahan 2018 (diawali dengan tulisan "OJI adalah Blogger"), lalu ia aktif untuk sekedar urusan perkuliahan dan memilih untuk tidur kembali seperti dahulu kalanya.

Urusan perkuliahan apa seperti yang dituangkan disini? Teruntuk satu mata kuliah yang saya ambil, yakni Membaca Sastra dimana saya mengunakan media ini untuk membuat tugas berupa resensi/jurnal dari buku-buku sastra yang aku baca dari semester itu sampai nilaiku untuk matkul ini bisa selamat.

Kembali ke masalah judul tulisan, untuk sekarang ini, salah satu jawabanku ialah: kendala isi. Kenapa? Sesibuk apapun aku dengan belajar, ormawa kampus, main-main, atau aktivitas apapun, sempat ada bisikan menghampiriku untuk tetap lanjut menulis kembali, bahkan terlintas dalam alam pikiranku untuk lanjut mengapload resensi dan karya sastra walaupun isi konten nantinya akan ada semacam opini, cerita pengalaman, atau apapun. Namun, rencana itu hanya sempat menjadi angan-angan belaka rasanya dalam diri sendiri dan ia sedikit demi sedikit menjadi berbagai kepingan yang memisah menjadi antara menjadi kekal ataupun melayang tak pasti arahnya.

Dan lagi, sempat dahulu ada rasa ragu, tetapi hingga ada sebuah bisikan yang mengatakan “jalanin saja dulu…”, apalagi disela liburan pergantan semester ditambah menunggu berakhirnya wabah Virus Covid-19 yang sedang melanda waktu ini ditulis. Bisikan tadi sering tergiang-giang hingga akhirnya aku berkata dalam hati: “Setidaknya aku sempat untuk menulis dahulu…”.

Entah apalagi yang ingin kutulis dalam artikel ini, namun semoga ia tak sekedar dari pajangan dalam Bio Instagram @hubertusgilangoji dan walau kalian mau mengatakan tulisan ini seperti membosankan, aku mengucapkan semoga kita sehat selalu….




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku : Puisi-Puisi Cinta (karya W.S Rendra)

Judul : Puisi-Puisi Cinta Penulis : W.S Rendra Penerbit : Benteng Pustaka Halaman : 100 Halaman Waktu Terbit : September 2015 Buku yang berjudul "Puisi-puisi cinta" ini merupakan salah satu antologi (kumpulan) puisi yang dibuat oleh Alm. W.S Rendra ketika ia duduk di bangku SMA sampai di usia senjanya. Antologi ini dibagi menjadi 3 bab atau dengan istilah "Puber". Bab pertama berjudul Puber 1 berisi 24 puisi-puisi nya ketika ia sedang duduk di bangku sekolah. Menggambarkan ketika ia sedang jatuh cinta terhadap seorang wanita sebaya nya. Bab 2 berjudul Puber 2 memuat 3 puisi yang menyatakan isi hatinya. Bab 3 berjudul Puber 3 menunjukkan kesetiaan nya terhadap puisi di usia senjanya. 3 karya puisi yang dibuat dalam puber ini. Selain kumpulan puisi, terdapat juga biografi singkat penyair termasyhur ini sekaligus pengantar dari editor buku ini. Bagi yang ingin mencari referensi antologi puisi, buku ini sangat direkomendasikan, terutama pembaca yang i

Resensi Buku : Derabat (Kumpulan Cerpen Harian Kompas 1999)

Judul Buku : Derabat Penyunting : Kenedi Nurhan Tahun Terbit : 2017 Penerbit : Penerbit Buku Kompas Tebal Halaman : XXXVIII + 210 halaman Pada aslinya Derabat  bukan merupakan judul dari pada buku ini, merupakan salah satu judul cerpen karya Budi Darma.  Disini kita akan melihat 20 karya cerpen terbaik yang pernah dibuat pada tahun 1997-1999 untuk diterbitkan oleh Harian Kompas. Tidak hanya itu, ada bagian pengantar dari penerbit beserta komentar dari Toety Heraty & Ahmad Sahal. Berikut adalah sinopsis dari cerpen-cerpen yang ada  1. Derabat (karya Budi Darma) Bercerita tentang seorang Penarik Pendati yang mulai diganggu oleh seekor burung yang ia sebut Derabat ditengah teror yang dibuat seorang pemburu yang bernama Matropik dan kawan-kawannya untuk desanya. 2. Nasib Seorang Pendengar Setia ( karya Jujur Prananto) Darsono mencurahkan isi hatinya kepada dokter betapa jenuh nya ia mendengarkan lelucon dari bos kantornya yang cenderung tak lucu serta monoton. 3. AAA!III...

Tugas Ujian Akhir Semester Membaca Sastra : Resensi "Aku Ingin Menjadi Peluru" karya Wiji Thukul

A. Identitas Buku 1. Judul : Aku Ingin Menjadi Peluru 2. Penulis : Wiji Thukul 3. Penerbit : INDONESIATERA 4. Tebal : XXIV + 223 Halaman 5. Waktu Terbit : April 2004 (cetakan kedua) B. Resensi Kita mungkin mengenal seorang Wiji Thukul sebagai salah satu aktivis yang "dihilangkan" oleh kekejaman rezim yang pernah berlangsung dahulunya. Tapi kita mesti tahu bahwa kata-kata yang ia buat membuka mata hati kita terhadap kesenjangan sosial yang terjadi waktu itu. Lewat buku Aku Ingin Menjadi Peluru lah, ia menuangkan apa yang ia alami dan ia lihat melalui puisi-puisi yang unik dan perlu kita pahami.  Ada sekian banyak puisi yang dibagi dalam 5 bab yakni " Lingkungan Si Mulut Besar", "Ketika Rakyat Pergi", "Darman dan Lain-lain", "Puisi Pelo",  dan "Baju Loak Sobek Pundaknya". Di buku ini juga terdapat pengantar langsung dari Alm.Munir yang juga merupakan aktivis HAM, wawancara Wiji Thukul oleh salah satu wartawan, biogr