Langsung ke konten utama

Resensi Buku : Derabat (Kumpulan Cerpen Harian Kompas 1999)


Judul Buku : Derabat
Penyunting : Kenedi Nurhan
Tahun Terbit : 2017
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Tebal Halaman : XXXVIII + 210 halaman

Pada aslinya Derabat bukan merupakan judul dari pada buku ini, merupakan salah satu judul cerpen karya Budi Darma. 

Disini kita akan melihat 20 karya cerpen terbaik yang pernah dibuat pada tahun 1997-1999 untuk diterbitkan oleh Harian Kompas. Tidak hanya itu, ada bagian pengantar dari penerbit beserta komentar dari Toety Heraty & Ahmad Sahal. Berikut adalah sinopsis dari cerpen-cerpen yang ada 

1. Derabat (karya Budi Darma)
Bercerita tentang seorang Penarik Pendati yang mulai diganggu oleh seekor burung yang ia sebut Derabat ditengah teror yang dibuat seorang pemburu yang bernama Matropik dan kawan-kawannya untuk desanya.

2. Nasib Seorang Pendengar Setia (karya Jujur Prananto)
Darsono mencurahkan isi hatinya kepada dokter betapa jenuh nya ia mendengarkan lelucon dari bos kantornya yang cenderung tak lucu serta monoton.

3. AAA!III...EEE!OOO (karya Rainy MP Hutabarat)
Mengisahkan Naomi, seorang anak perempuan berusia 17 tahun yang memiliki keterbelakangan mental sejak lahir yang sering meresahkan sekolahnya.
Ia tinggal bersama Nai Pontas, Ibunya yang hanya seorang janda dan penjaja kantin sekolahnya.

4. Perempuan Suamiku (karya Sirikat Syah)
Menceritakan seorang Ibu Rumah Tangga yang resah akan perhatian suaminya terhadap seorang seniman wanita.

5. Lembu di Dasar Laut (karya Afrizal Malma)
Tentang tokoh "Saya" yang diresahkan oleh kehadiran seekor lembu di tengah ancaman penggurusan yang dialami ia dan para warga oleh oknum-oknum tertentu.

6. Ulat dalam Sepatu (karya Gus TF Sakai)
Khairul, seorang seniman ukir, menceritakan tentang sebuah sepatu yang selalu tergeletak di salah satu sudut kantor gubernur yang sering ia datangi belakang ini untuk mengajukan bantuan dana untuk keberangkatan ia ke Jakarta demi menghadiri acara pameran dan ternyata di balik sepatu itu terdapat banyak seekor ulat yang hanya terlihat oleh dirinya sendiri.

7. Menggambar Ayah (karya AS Laksana)
Bercerita tentang tokoh "Aku" yang sempet tidak diinginkan keberadaan oleh Ibu Kandung nya sendiri yang senang menggambar wajah ayah untuk menemani kehidupan sehari-hari nya.

8. Menjelang Lebaran (karya Umar Kayam)
Menceritakan sebuah ujian hidup yang dialami Kamil ketika ia terkena PHK di saat-saat menjelang Lebaran yang menyebabkan berbagai masalah ekonomi yang ia alami dengan keluarganya.

9. Tamu yang Datang di Hari Lebaran
     (karya A.A Navis)
Bercerita tentang kesepian yang dialami Inyik dan Encik saat-saat momen Lebaran dibandingkan dengan momen-momen yang mereka dapat saat Inyik menjadi penjabat dahulu.

10. Perkawinan (karya Herlino Soleman)
Resah, Bingung, dan Was-was. Itulah yang dialami para wakil rakyat ketika dalam suatu sidang di balai kota dalam membahas perkawinan dua orang laki-laki dan perempuan yang memiliki kecacatan sejak lahir (mengalami kelumpuhan) yakni Ishida & Sachiko.

11. Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu ? (karya Hamsad Rangkuti)
Seorang awak kapal yang menceritakan tentang seorang Wanita yang ingin bunuh diri ke dasar laut karena patah hati.

12. Surat untuk Wai Tsz (karya Leila S. Chudori)
Berisi semacam surat dari Nadira kepada sahabatnya di Tiongkok yakni Wai Tza. Terisi kenangan masa lalu yang kaya akan nilai-nilai kehidupan.

13. Saran "Groot Majoor" Prakoso (karya Y.B Mangunwijaya)
Bercerita Kunto dan Bagio yang bersembunyi di sebuah rumah kakek karena menjadi incaran aparat atas sebuah peristiwa kerusuhan. Dalam persembunyian mulai obrolan mulai dari sebab kerusuhan, tujuan, dan masa lalu yang terbahas.

14. Penjaja Air Mata (karya Prasetyohadi)
Menceritakan seorang penjaja air mata dalam sebuah kerusuhan yang terjadi di ibu kota. Dari ia menjaja di jalan, klub malam, ia diseret oleh tentara, sampai ia bebas tak tentu arah.

15. Tiwul (karya Gerson Poyk)
Tentang perjalanan seorang perantau asal Jakarta bernama Pak Makmur di Kupang.

16. Cerita Belum Selesai (karya Radhar Panca Dahana)
Menceritakan pengalaman-pengalaman dari Aryani, seorang janda pemilik bar di Perancis asal Indonesia.

17. Panggil Aku : Pheng Hwa (karya Veven SP Wardhana)
Menceritakan tentang Pheng Hwa dan istrinya beserta perjalanannya dalam mencari ilmu di Perancis pasca ia berhenti bekerja di bank.

18. Bulan Kabangan (karya Bee Redana)
Menceritakan tentang penyerahan diri seorang Trunajaya karena pemberontakannya terhadap penguasa takhta Mataram, yakni Amangkurat II. Ketegangan terjadi ketika Trunajaya menghadap orang yang telah ia khianati sampai terjadi sesuatu yang tak diinginkan.

19. Partita No 3 On E For Solo Violin (karya Cecep Syamsul Hari)
Cerpen ini seorang "Aku" menceritakan tentang pertemuannya yang pertama kali dengan seorang violinis bernama Antonia.

20. Tujuan : Negeri Senja (karya Seno Gumira Ajidarma)
Adalah tokoh "Aku" yang menceritakan sebuah tujuan kereta api yang bernama Negeri Senja yang diyakini bagi yang menumpang pasti tak akan kembali lagi.

Setelah saya membaca semua cerpen nya, saya bisa menangkap pembuatannya berdasarkan latar hidup sehari-hari dan peristiwa krisis moneter yang terjadi pada 1997-1998 yang lalu. Saya merasa pembaca mesti lebih teliti dalam membaca untuk lebih bisa menyimpulkan apa yang ingin disampaikan oleh penulis dan apa yang ingin disungguhkan oleh penulis.














Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku : Puisi-Puisi Cinta (karya W.S Rendra)

Judul : Puisi-Puisi Cinta Penulis : W.S Rendra Penerbit : Benteng Pustaka Halaman : 100 Halaman Waktu Terbit : September 2015 Buku yang berjudul "Puisi-puisi cinta" ini merupakan salah satu antologi (kumpulan) puisi yang dibuat oleh Alm. W.S Rendra ketika ia duduk di bangku SMA sampai di usia senjanya. Antologi ini dibagi menjadi 3 bab atau dengan istilah "Puber". Bab pertama berjudul Puber 1 berisi 24 puisi-puisi nya ketika ia sedang duduk di bangku sekolah. Menggambarkan ketika ia sedang jatuh cinta terhadap seorang wanita sebaya nya. Bab 2 berjudul Puber 2 memuat 3 puisi yang menyatakan isi hatinya. Bab 3 berjudul Puber 3 menunjukkan kesetiaan nya terhadap puisi di usia senjanya. 3 karya puisi yang dibuat dalam puber ini. Selain kumpulan puisi, terdapat juga biografi singkat penyair termasyhur ini sekaligus pengantar dari editor buku ini. Bagi yang ingin mencari referensi antologi puisi, buku ini sangat direkomendasikan, terutama pembaca yang i

Tugas Ujian Akhir Semester Membaca Sastra : Resensi "Aku Ingin Menjadi Peluru" karya Wiji Thukul

A. Identitas Buku 1. Judul : Aku Ingin Menjadi Peluru 2. Penulis : Wiji Thukul 3. Penerbit : INDONESIATERA 4. Tebal : XXIV + 223 Halaman 5. Waktu Terbit : April 2004 (cetakan kedua) B. Resensi Kita mungkin mengenal seorang Wiji Thukul sebagai salah satu aktivis yang "dihilangkan" oleh kekejaman rezim yang pernah berlangsung dahulunya. Tapi kita mesti tahu bahwa kata-kata yang ia buat membuka mata hati kita terhadap kesenjangan sosial yang terjadi waktu itu. Lewat buku Aku Ingin Menjadi Peluru lah, ia menuangkan apa yang ia alami dan ia lihat melalui puisi-puisi yang unik dan perlu kita pahami.  Ada sekian banyak puisi yang dibagi dalam 5 bab yakni " Lingkungan Si Mulut Besar", "Ketika Rakyat Pergi", "Darman dan Lain-lain", "Puisi Pelo",  dan "Baju Loak Sobek Pundaknya". Di buku ini juga terdapat pengantar langsung dari Alm.Munir yang juga merupakan aktivis HAM, wawancara Wiji Thukul oleh salah satu wartawan, biogr